Analisis lingkungan internal dan eksterna



Lingkungan (environment) dalam lingkup yang luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Lingkungan ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan kemampuan pemasaran sebuah perusahaan. Itulah yang saya dapat pada mata kuliah Manajemen Pemasaran minggu kemarin (16/3) oleh dosen Amril Muhammad, S.E, M.Pd, yang membahas mengenai analisis lingkungan internal dan eksternal.
Pada perkuliahan minggu kemarin Pak Amril Muhammad, S.E, M.Pd menjelaskan bahwa pengertian lingkungan itu sendiri menurut perspektif Manajemen Pemasaran merupakan perilaku dan kekuatan di luar marketing yang mampu mempengaruhi kemampuan pemasaran untuk mengembangkan dan menjaga agar transaksi bisnis dengan pelanggan berjalan dengan baik. Lingkungan yang dimaksud terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan eksternal.
Lingkungan internal disini berbicara mengenai siapa orang-orang (SDM) di dalam organisasi, kemudian tentang kebijakan yang dibuat organisasi berupa visi, misi dan tujuan. Selanjutnya terkait dengan kepemimpinan (leadership), ketersediaan sarana dan prasarana, serta budaya dan tradisi (kultur).

Yang pertama di dalam faktor lingkungan internal, ada manusia (SDM). Yang mana pada hal ini membicarakan mengenai kompetensi dan penempatan yang pas (placement), sebagai contoh ketika sebuah perusahaan menginginkan karyawan yang berkompeten maka dibutuhkan kompetensi-kompetensi untuk mengukur kemampuan karyawan tersebut. Lalu perusahaan juga harus mampu menempatkan karyawan tersebut pada posisi yang tepat, seperti pada istilah yang sudah sering kita dengar, “the right man in the right place”. Kemudian adanya komitmen. Karena komitmen sangat penting untuk membangun loyalitas karyawan dan meningkatkan kerja sama dengan baik. Namun komitmen disini harus disesuaikan pula dengan penghargaan (reward) yang didapat, reward yang diberikan pada karyawan bisa bersifat materi (gaji ataupun tunjangan) dan non materi (apresiasi ataupun pujian). Misalnya, perusahaan memberi gaji tambahan untuk karyawan yang lembur atau memberikan tunjangan asuransi. Selain itu karyawan juga berhak mendapat promosi jabatan (naik level). Hal tersebut berkaitan dengan pengembangan diri karyawan dan juga perusahaan.
Kemudian faktor lingkungan internal yang lain, berbicara mengenai kebijakan. Kebijakan disini tergambar dari visi dan misi sebuah perusahaan. Kemudian tujuan perusahaan yang menentukan sasaran yang ingin dicapai. Lalu berkaitan dengan segmen yang ingin dikejar, contohnya adalah sekolah Al Azhar didirikan di lingkungan perumahan elit karena jelas mengejar segmen perekonomian menengah keatas. Selain itu, adanya filosofi marketing. Filosofi marketing berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan, apakah perusahaan tersebut mengedepankan kepuasan pelanggan atau mempromosikan produk sebesar-besarnya agar perusahaan tersebut mendapat untung yang besar.
Selanjutnya, membahas tentang kepemimpinan. Seringkali kepemimpinan mempengaruhi segala hal (meliputi cara kerja organisasi). Faktor-faktor di dalam kepemimpinan (leadership) ini diantaranya yaitu gaya kepemimpinan. Contoh dari gaya kepemimpinan, ada kepemimpinan yang bersifat task oriented (orientasi tugas) dimana seorang pemimpin hanya memberikan perintah-perintah dengan sedikit komunikasi, ada juga kepemimpinan people oriented, dan ada kepemimpinan yang menerima feedback dari bawahan sehingga atasan mau mendengarkan saran-saran dari bawahan, namun ada juga pemimpin yang bersifat masa bodoh dengan melimpahkan wewenang sepenuhnya pada bawahan. Selain gaya kepemimpinan, dibutuhkan juga kompetensi seorang pemimpin serta kemampuan manajerialnya, yang berkaitan dengan 5W+1H mengenai apa yang ingin dikerjakan atau direncanakan (what), siapa yang mengerjakan (who), dimana pengerjaannya (where), kapan mengerjakannya (when), mengapa hal tersebut perlu dikerjakan (why), serta bagaimana mengerjakannya (how). Lalu berhubungan dengan placement atau penugasan, seorang pemimpin harus mampu mengatur penempatan karyawannya dengan tepat. Kemudian dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu memotivasi dan membangun motivasi internal karyawan, melakukan kontrol atau pengawasan, serta kegiatan evaluasi yang lebih pada feedback untuk mengetahui hal yang tidak sesuai dan  kegiatan supervisi yang tujuannya untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Membahas mengenai sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kenyamanan (meliputi fasilitas penerangan, ventilasi udara, akses yang mudah serta tingkat kebisingan yang rendah), kelengkapan (sarana prasarana yang ada sesuai dengan kebutuhan), serta keamanan (berkaitan dengan implikasi kecelakaan, contohnya penggunaan listrik dan keamanan dalam hal transportasi).
Dan yang terakhir, faktor budaya yang mempengaruhi lingkungan internal. Berkaitan dengan value (nilai-nilai yang mengikat orang yang berkaitan dengan komitmen) yang pada akhirnya berkaitan dengan teladan (karena berorientasi pada sistem hukum). Selain itu, berkaitan juga dengan tampilan fisik (yang tercermin dari bangunannya, keseragaman SDM nya dan barang-barangnya) serta akulturasi budaya (terbangunnya budaya lokal).
Selain faktor internal, ada juga beberapa faktor lingkungan eksternal diantaranya ialah faktor demografis (berkaitan dengan populasi penduduk, kepadatan penduduk, lokasi, usia, gender, ras, dan pekerjaan), lingkungan ekonomi (economic environment) misalnya sekolah Marsudirini didirikan dalam perumahan elit karena memang untuk orang-orang dengan perekonomian menengah keatas, lingkungan alam (natural environment) contohnya kejadian gempa dan tsunami di Jepang belum lama ini, lingkungan teknologi (technology environment) yang bukan lebih menitik beratkan pada kecanggihan teknologinya melainkan pada ketepatan dalam penggunaannya yang dapat mempermudah suatu pekerjaan, lalu ada faktor lingkungan politik (politic environment) misalnya harusnya Alfamart dibangun pada radius 100 meter dari pasar tradisional namun kenyataannya banyak yang sangat dekat dengan pasar tradisional dikarenakan politik yang lemah. Kemudian faktor lingkungan budaya (culture environment) yang dapat meninjau seberapa jauh pendidikan dapat mempengaruhi budaya. Hal tersebut diatas perlu diperhatikan oleh perusahaan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternalnya.

Sesungguhnya sahabat yang baik adalah orang yang sentiasa mengingatkan kita kepada keba-ikan. Salah seorang Assalafuddin pernah berkata: “Laksanakanlah nasihat itu dengan cara apa pun iaitu dengan cara yang paling baik dan dan terimalah dengan apa cara yang baik. Sekiranya sahabat itu menegur kamu secara rahsia maka dia telah membaiki dan menghiasinya tetapi sekiranya dia menegur secara terang-terangan di hadapan khalayak ramai maka dia telah memalukan dan mengkhianati sahabatnya. Persahabatan yang baik menambahkan lagi kebahagiaan yang dikecapinya kerana penglibatan saudara-saudaranya bersama-sama di dalam kegembiraan itu akan dapat meringankan kepenatan dan kesesuaian semasa ia ditimpa bahaya dan bencana. Ini merupakan pembantu dan bekalan sepanjang jalan. Allah SWT telah berfirman di dalam al-Quran yang bermaksud : “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan”.”
Jelaslah, arahan ini bukanlah ditujukan kepada individu semata-mata tetapi ditujukan khasnya kepada umum.

Namun persahabatan yang baik dan kukuh adalah wajib dan lazim untuk orang-orang yang berjalan di atas jalan Allah SWT. Alangkah besarnya bekalan yang akan didapati oleh seseorang dalam persahabatan yang baik dan harmonis, berkasih-kasihan di jalan Allah untuk mendapat keredhaan dan kesempurnaan-Nya serta ganjaran baik dari-Nya lantaran perasaan cinta kepada Allah SWT, pandang-memandang sesama mereka penuh erti cinta yang ikhlas kerana Allah SWT, berjabat tangan kerana Allah dengan disulami senyum simpul terhias di wajah, saling ziarah-menziarahi, wasiat-mewasiati serta ingat-mengingati ke arah kebaikan. Rasulullah SAW pernah bersabda, mafhumnya :

“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tiada lagi naungan kecuali naungan Allah yang satu. Salah satu dari-padanya ialah dua orang lelaki yang berkasih sayang kerana Allah, kedua-duanya bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah.”

Allah SWT amat mencintai orang yang mencintai sahabatnya. Oleh kerana pentingnya persahabatan yang itu dengan segala kebaikan dan faedah yang lahir daripada nya terhadap Islam dan umatnya maka kita dapati Islam serta syariatnya memelihara nilai-nilai persa-habatan, mengawal dari dari segala perkara yang merosakkan perpaduan serta mengharamkan daripada perkara-perkara yang membawa kepada sifat dengki, benci, menipu, berlaku curang, khianat, mengejek, bersangka buruk mencari kesalahan orang lain, memutuskan hubungan, hipokrit dan saling berpaling tadah (tidak setia).

Ingatlah pesan Rasu-lullah SAW dalam sabdanya yang bermaksud : “Janganlah kamu saling putus-memutus hubungan, saling berpaling tadah, saling benci-membenci dan saling berhasad dengki. Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal bagi seseorang muslim yang ber paling dari saudaranya melebihi dari tiga hari”.

Alangkah bahagianya kita dengan nikmat persaudaraan kerana Allah dan perlu kita memelihara nya dengan segala kemampuan dan cara yang ada.
Oleh itu wahai saudaraku ! Carilah sahabat yang soleh, bersa-habatlah dengan persahabatan yang baik kerana ia merupakan penolong dan bekalan sepanjang jalan.
“Sahabat yang baik adalah lebih mahal dari segunung emas permata. Oleh itu apabila kamu berdo’a janganlah kamu minta segunung emas permata tetapi mintalah dari tuhanmu sahabat yang soleh”.(
http://homezwork.com/-132005.htm)


berbicara didepan umum :
1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah
kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.
2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk
melakukan hal tersebut.
3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika
berdiri di panggung dan semua mata melihat padanya.
4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan
takut ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu
perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek
negatif.
6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya
diri ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut
untuk berbicara di cepan umum ini semakin menjadi-jadi.
8. Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang
harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum.
Semua penyebab ketakutan diatas harus diatasi, pahamilah bahwa semua
orang 
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rawa Banteng Blogger - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger