1.Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)
Nabi mulai menyambut
perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah. semata dan
meninggalkan berhala. Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk menghindari
tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan paganismenya.
Nabi saw tidak menampakan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy,
dan tidak melakukan da’wah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat
atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah
binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak
Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi Quhafah, Utsaman bin
Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan
lainnya.
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila
diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong
Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang Quraisy.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga
puluh lelaki dan wanita, Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka,
yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan
pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat
puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam. Kebanyakan mereka adalah
orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki
kedudukan.
Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara
sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq
menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama
tiga tahun.Demikian pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini
berjalan selama tiga tahun.
2. Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud
Da’wah)
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut
manusia, wanita dan lelaki, memeluk Islam, sehingga berita Islam telah tersiar
di Mekah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan
Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terang-terangan,
setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian
Allah berfirman kepadanya:
“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan
janganlah kamu pedulikan orang musyrik.” (al-Hijr : 94)
“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang
terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.” (Asy-Syu’ara:
214-215)
Dan
katakanlah, “sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”(al-H ijr:
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan
perintah Allah, kemudian menyambut perintah Allah, “Maka siarkanlah apa
yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan
pergi ke atas bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“
sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang
untuk melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu
jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang
datang akan menyerangmu, apakah kamu
mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta. “
kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan
kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab memprotes, “Sungguh celaka
kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami. “Lalu turunlah
firman Allah:
”Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, dan
sesungguhnya dia akan binasa.”
Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman
Allah, ”Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat” dengan
mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai
Bani Ka’b bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah
bin Ka’b, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah
dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari
api neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari
api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa dapat membela kalian di hadapan Allah,
selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan
hubungannya.”
Da’wah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang
dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat
meninggalkanagama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah
menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah
mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu
taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka
sembah itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa
turun-temurunya nenek moyang mereka dalam menyembahtuhan-tuhan itu tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah
menggambarkan mereka: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa
yang telah diturunkan Allah,”mereka
menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti
juga,) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak
mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170) Ketika Nabi saw mencela tuhan
mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta kepada
nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan sepakat untuk
memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.
Posting Komentar